Sejarah dan Silsilah Sultan Abdul Kadirun Raja Bangkalan

Sejarah dan Silsilah Sultan Abdul Kadirun atau yang biasa kita kenal sebagai Cakraadiningrat II perlu kita ketahui sebagai masyarakat Bangkalan.

Peran beliau sebagai salah satu Raja yang memerintah Bangkalan pada saat itu sangat lah penting. Sultan Abdul Kadirun sangat perduli terhadap penyebaran agama islam di madura bagian barat hususnya Bangkalan.

Olehkarena itu, Mengetahui sejarah Sultan Abdul Kadirun merupakan salah satu pengetahuan dasar bagi kita dalam mengenal sosok penggagas Masjid Agung Bangkalan tersebut.

Lalu seperti apa sejarah dan silsilah Sultan abdul kadirun yang harus kita ketahui? Mari kita bahas bersama dalam artikel ini.

Sejarah Sultan Abdul Kadirun Raja Bangkalan ke 11

Sejarah Sultan Abdul Kadirun

Sultan Abdul Kadirun mengalami masa pertumbuhan yang signifikan dalam lingkungan Kesultanan. Setelah mencapai kematangan, ia memperoleh pengetahuan tentang keprajuritan dan tata negara, sesuai dengan standar yang biasa diterapkan bagi para keturunan raja atau Sultan.

Dari hasil perkawinan ayahnya, Sultan Abdul Kadirun memiliki 13 saudara, dan salah satu di antaranya menjadi penguasa di Pamekasan dengan gelar Raden Tumenggung Mangkuadiningrat.

Pada usia 25 tahun, Sultan Abdul Kadirun diangkat sebagai Raja Muda (Ratoh Magang) untuk menggantikan ayahnya, dengan gelar Pangeran Adipati, pada tahun 1803.

Ini menandai awal kepemimpinan yang berlangsung selama 34 tahun hingga wafatnya pada hari Kamis, 28 Januari 1847, ketika usianya mencapai 69 tahun.

Makaman Sultan Abdul Kadirun berada di Pasarean Congkop, yang terletak di belakang Masjid Agung Bangkalan.

Tempat pemakaman ini bukan hanya sebagai tempat peristirahatan terakhir Sultan, tetapi juga merupakan area pemakaman keluarga.

Seluruh anggota keluarga dekat Sultan Abdul Kadirun dikebumikan secara bersebelahan di Pasarean Congkop, berada dalam satu cungkup yang sama.

Oleh karena itu, ia dikenal sebagai “Sultan Sumare ing Masigit (Masjid),” mencerminkan hubungan erat antara keluarga Sultan dan Masjid Agung Bangkalan, serta pentingnya tempat tersebut sebagai tempat pemakaman keluarga yang terhormat.

Memimpin Perang di Usia yang Masih Muda

Sebelum diangkat menjadi Raja Muda, dalam dirinya telah tumbuh sifat berani, rela berkorban, memiliki tanggung jawab, serta patuh pada perintah.

Dia juga dikenal sebagai sosok pria yang terampil, cerdas, memiliki kebugaran fisik yang prima, dan mampu menyusun taktik dan strategi perang dengan cemerlang.

Meskipun pada dasarnya dia menentang penjajahan dengan keras, namun dalam era pemerintahannya, Kesultanan Bangkalan berada di bawah kendali Belanda yang harus dipatuhi.

Sang ayah, yang masih berkuasa pada saat itu, tanpa ragu menugaskan tugas berat dan berisiko tinggi padanya. Raden Maulana Abdul Kadir dengan ikhlas menerima dan menjalankan tugas tersebut.

Dia sering memimpin pasukan Bangkalan di medan tempur, baik melawan tentara Inggris maupun pasukan dari kerajaan-kerajaan di Jawa, Sulawesi, dan daerah-daerah lain yang dianggap memberontak oleh Belanda.

Pada tahun 1800, saat berusia 22 tahun, dia diutus oleh sang ayah untuk memimpin pasukan Bangkalan (yang bergabung dengan pasukan Belanda) dalam pertempuran melawan pasukan Inggris di Cilincing, Batavia (sekarang Jakarta).

Keberhasilannya dalam melumpuhkan pasukan Inggris membuatnya mendapatkan hadiah berupa talam emas dari Belanda.

Ketika baru saja menjabat sebagai Raja Muda, dia dipercaya untuk memimpin pasukan Bangkalan sebanyak 1000 orang dalam menumpas perlawanan Raden Bagus Idum yang ditakuti oleh Belanda di Cirebon.

Tugas tersebut berhasil dilaksanakan, dan sebagai penghargaan, Belanda memberikan sebuah keris indah bertabur intan pada bagian gagangnya. Keris tersebut sekarang menjadi koleksi di Museum Nasional di Jakarta.

Keahliannya dalam menyusun taktik dan strategi perang kembali diuji. Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal Belanda, Baron van der Capellen, meminta bantuan Raden Abdul Kadirun untuk mengirim pasukan Bangkalan dalam Perang Bone di Sulawesi Selatan.

Namun, kali ini Sultan Raden Abdul Kadirun tidak ikut serta secara langsung, melainkan berperan sebagai juru taktik di belakang layar.

Pimpinan pasukan Bangkalan pada misi ini dipegang oleh anaknya yang kedelapan, Pangeran Suryo Adiningrat (Pangeran Sorjeh), dibantu oleh calon putra mahkota Pangeran Adipati Seco Adiningrat IV (Raden Moh. Yusuf), serta menantu Pangeran Atmojo Adiningrat.

Pasukan yang dikirim mencakup 900 prajurit bedil, 600 prajurit tombak, 80 prajurit berkuda, serta dua buah meriam.

Setelah berjuang selama tujuh bulan dalam Perang Bone, pasukan Bangkalan akhirnya dipanggil pulang.

Dua tahun kemudian, mereka kembali dikirim ke Yogyakarta untuk membantu meredam perlawanan Pangeran Diponogero.

Pertempuran sengit berlangsung selama enam bulan, dan keahlian tempur pasukan Bangkalan juga diterapkan dalam perang di Jambi dan Bali.

Mengubah Masjid Kraton Menjadi Masjid Umum

Sultan Raden Abdul Kadirun, seorang pemimpin yang cerdas dan pemberani, menunjukkan keunggulannya dalam bidang strategi dan taktik perang saat menghadapi berbagai pertempuran melawan musuh-musuhnya, baik yang berasal dari dalam maupun luar Madura.

Keberaniannya membawa dampak positif, berhasil mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Kerajaan Madura Barat dari campur tangan Belanda, walaupun dihadapkan pada tekanan dan ancaman yang signifikan.

Selain keahliannya dalam bidang militer, Sultan Raden Abdul Kadirun juga dikenal sebagai pemimpin yang taat beragama dan peduli terhadap rakyatnya.

Transformasinya terlihat dalam keputusan membuka masjid keraton menjadi masjid umum (Jami’) dan memberikan nama Masjid Agung Sultan Abdul Kadirun, sebuah monumen yang masih berdiri kokoh di Bangkalan hingga saat ini.

Langkah positifnya juga tercermin melalui pendirian pesantren dan madrasah untuk menyebarkan ilmu agama di Madura, menunjukkan perhatiannya terhadap pendidikan agama.

Sultan Raden Abdul Kadirun bukan hanya seorang pemimpin militer dan agama, tetapi juga seorang inovator yang memecahkan tradisi kraton yang rigid dan kuno.

Melalui reformasi pemerintahannya, sistem yang sebelumnya bersifat absolut berubah menjadi lebih demokratis dan terbuka.

Selain itu, Sultan Raden Abdul Kadirun menghapus beberapa adat istiadat yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam, seperti poligami, perbudakan, dan diskriminasi terhadap wanita.

Sebagai langkah progresif, Sultan Raden Abdul Kadirun membuka pintu bagi orang-orang dari lapisan masyarakat biasa untuk menduduki posisi pejabat dan panglima perang.

Tindakannya ini tidak hanya menciptakan inklusivitas sosial, tetapi juga memperkuat fondasi demokrasi dalam pemerintahan Madura Barat.

Keseluruhan, kepemimpinan Sultan Raden Abdul Kadirun menciptakan perubahan positif yang berdampak jangka panjang terhadap masyarakat Madura.

Silsilah Sultan Abdul Kadirun ke Majapahit

Silsilah Sultan Abdul Kadirun Bangkalan
Bagan Silsilah Sultan Abdul Kadirun Bangkalan

Raden Sultan Abdul kadirun masih merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya v atau Raja Majapit Terahir. Berikut Urutan Silsilah Sultan Abdul Kadirun yang kami ambil dari Pemakaman Conggkep.

  1. R. Sultan Abdul Kadirun (Tjakraadiningrat II) Bin
  2. R. Abul Rahman (Tjakraadiningrat I) Bin
  3. Panembahan Sedok Mukti (Panembahan adipati Tjakraadiningrat V) Bin
  4. R. Junit (Pangeran Cakraningrat IV) Bin
  5. R. Undagan (Pangeran Cakraningrat II) Bin
  6. R. Prasena (Pangeran Cakraningrat I) Suami Ratu Ibu Syarifah Ambami
  7. Pangeran Tengah Bin
  8. R. Pratanu (Panembahan Lemahdoewoer) Bin
  9. Kiai Pragalbo (Pangeran Palakaran) Islam Onggu’ Bin
  10. Kiai Demong Bin
  11. Ario Podjok Bin
  12. Ario Timboel Bin
  13. Ario Menak Soenojo Bin
  14. Ario Damar (Sultan Palembang) Bin
  15. Raden Patah (Pendiri kerajaan Islam Demak) Bin
  16. Prabu Brawijaya V (Raja Majapahit Terahir).

Dari susunan silsilah diatas, Kita ketahui bahwa Raden Sultan Abdul Kadirun merupakan turunan ke 16 dari Raja majapahit terahir atau Prabu Brawijaya V.

Itulah sedikit sejarah sultan abdul kadirun bangkalan dan susunan silsilah nya, semoga bisa menambah wawasan serta pengetahuan kalian tentang sejarah kerajaan di Madura.

Satu pemikiran pada “Sejarah dan Silsilah Sultan Abdul Kadirun Raja Bangkalan”

Tinggalkan komentar